Tools ‹ YGNI — WordPress....
Tools ‹ YGNI — WordPress....
Tafsir QS ‘abbasa. Islam agama utk semua org, kaya atau miskin, elit atau bodoh, hitam atau puth\n\nAyat Quran :\n\n\" Sesungguh...
Keutamaan Berzikir\nKode: 3. A5. 6 | Sarana: Mabit, Usrah\n\nTujuan Instruksional\nSetelah mendapatkan taujih ini seorang peserta...
BACAAN SETELAH SALAM\r\nأَسْتَغْفِرُ اللهَ (ثلاثا) اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَم...
DOA SETELAH TASYAHUD AKHIR SEBELUM SALAM\r\nاَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَا...
TASYAHUD\r\nالتَّحِيَّاتُ لِلَّهِ، وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَ�...
DOA DUDUK ANTARA DUA SUJUD\r\nرَبِّ اغْفِرْ لِيْ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ.\r\n“Wahai Tuhanku, ampuni...
DOA SUJUD\r\n- سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى. (3×)\r\n“Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi (dari sega...
DOA BANGUN DARI RUKU’\r\n\r\nسَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ.\r\n“Semoga Allah mendengar pujian orang yan...
Tugas Pemimpin
Ibnu Sa’ad di dalam kitab Thabaqat-nya meriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa dia berkata: Sekelompok pedagang telah datang. Mereka singgah disebuah tempat shalat. Maka Umar berkata kepada Abdurrahman, “Apakah kamu memiliki orang yang bisa mengamankan barang mereka dari pencurian pada malam ini?” Maka, Umar dan Abdurrahman bermalam di tempat itu untuk menjaga barang dagangan para pedagang tersebut. Mereka berdua melakukan shalat fardhu ditempat tersebut.
Ternyata, Umar mendengar tangisan seorang anak kecil. Dia menghampiri anak tersebut sambil berkata kepada ibunya, “Bertaqwalah kamu kepada Allah, berbuatlah yang terbaik untuk anakmu!” Setelah itu, Umar kembali lagi ketempatnya semula. Namun kembali dia mendengar tangisan anak kecil. Dia pun menghampiri ibu anak tersebut sambil memberi nasihat seperti yang dia ucapkan pertama kali. Setelah itu, kembali lagi ke tempatnya semula.
Tatkala malam sudah sangat larut, dia kembali mendengar suara tangisan anak kecil itu sehingga dia menghampiri ibu anak tersebut. Saat itu Umar berkata, “Celaka kamu! Menurutku kamu ini benar-benar seorang ibu yang tidak baik, sebab aku melihat anakmu tidak bisa merasa tenang pada malam ini.” Wanita itu berkata, “Wahai hamba Allah, kamu benar-benar membuatku merasa bosan pada malam ini! Sesungguhnya aku sedang berusaha menyapihnya. Namun anak itu malah tidak mau untuk disapih .” Umar bertanya, “memangnya kenapa?” Wanita itu menjawab, “Karena Umar tidak memberikan jatah waris kecuali kepada anak-anak yang telah disapih.” Umar bertanya, “Berapa usia anak itu?” Wanita itu menjawab, “Sekian bulan.” Umar berkata, “Celaka kamu, janganlah terburu-buru untuk menyapihnya!”
Maka, Umar melakukan shalat Subuh dengan bacaan al-Qur’an yang tidak bisa didengar dengan jelas oleh orang-orang karena dia tidak bisa menahan tangis. Setelah shalat, Umar berkata, “Sungguh celaka Umar! Berapa banyak dia telah membunuh anak-anak kaum muslimin?” Kemudian Umar memerintahkan seseorang untuk menyeru, “Hendaklah kalian tidak terburu-buru menyapih anak-anak kalian, karena sesungguhnya kami akan memberikan jatah waris kepada setiap bayi yang terlahir dalam islam.”
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Demikianlah sekilas dalam lintasan sejarah aktifitas pemerintahan yang dilakukan oleh Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ra. Dengan perhatian penuh dan kehati-hatian Amirul Mukminin melayani warganya. Apa yang dilakukan oleh Umar bukanlah hal yang aneh, karena seorang kepala negara dalam Islam bertugas melayani masyarakat sebaik-baiknya. Nabi saw. telah bersabda:
سَيِّدُ الْقَوْمِ خَادِمُهُمْ
“Pemimpin satu kaum adalah pelayan bagi mereka”
Rasulullah saw. kerapkali ‘disibukkan’ dengan aktifitas pengurusan umat. Beliau tidak pernah menunda-nunda pengayoman kepada masyarakat. Hasan bin Muhammad menyatakan bahwa Rasulullah saw. tidak pernah menyimpan harta, baik siang maupun malam. Semua harta negara yang ada pada Beliau dengan segera dibagikan kepada yang berhak menerimanya.
Sikap terpuji seperti inilah yang diteruskan oleh para khalifah setelah Beliau. Para pemimpin negara Islam yang mulia itu mendahulukan tugas mereka melayani masyarakat sebaik-baiknya; pria-wanita, tua-muda, miskin-kaya, muslim-bukan muslim, karena Allah telah menetapkan kewajiban tersebut kepada mereka.
Para khalifah yang mulia itu hidup seperti rakyat kebanyakan. Saat khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq ra. diangkat menjadi khalifah, kaum muslimin melalui lisan Abu Ubaidah bin al-Jarrah ra. menetapkan tunjangan hidup untuk sang khalifah pertama. “Aku tetapkan gajimu sama dengan keperluan makan seorang Muhajirin, tidak lebih banyak dan tidak lebih bagus, pakaian muslim dingin dan musim panas. Dan jika pakaian ini rusak, maka kembalilah agar engkau bisa mengambil yang lainnya.”
Selain mengayomi masyarakat, pemimpin dalam Islam bertugas memberikan rasa aman dan perlindungan kepada mereka. Nabi saw. bersabda:
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sesungguhnya imam (pemimpin) itu adalah laksana perisai, dimana orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya sebagai pelindung (bagi dirinya).” (H.R. Muslim dari Al A’raj dari Abu Hurairah).
Ketika kaum Yahudi Bani Qainuqa melecehkan kehormatan seorang muslimah lalu membunuh seorang pedagang muslim yang menolongnya, Rasulullah segera mengirim pasukan untuk menuntut balas kehormatan dan pengkhianatan yang telah mereka lakukan.
Demikianlah tugas seorang pemimpin dalam Islam, yang mampu menciptakan kemakmuran dan keamanan bagi rakyatnya. Sementara itu dalam sistem demokrasi yang dipuja dunia, manusia justru menderita ketika para pemimpinnya hidup dalam kemakmuran. Rakyatnya kelaparan sementara kepala negara mereka dan keluarganya berlimpah makanan.
Rakyat pun susah mendapat keamanan dan keadilan, karena keadilan sering berpihak hanya pada penguasa dan yang memiliki harta. Maka, sungguh menyedihkan jika kaum muslimin masih meragukan kebenaran syariat Islam yang datang dari Rabb mereka, dan malah membela demokrasi mati-matian padahal datang dari hawa nafsu manusia dan terbukti telah gagal menciptakan kemakmuran serta keamanan.
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.”(QS. an-Nisa: 60)